SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG HOMOSEKSUAL
Tambahkan teks |
DISUSUN OLEH:
NURKHOFIFAH
NIM 3 12 14
AKADEMI KEBIDANAN LAPATAU BONE
TAHUN AJARAN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYIMPANGAN SEKSUAL
LATAR BELAKANG
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak.
Manusia tidak selamanya lurus dan normal, karena pasti ada saja yang memiliki kecenderungan tidak normal / tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia.Salah satu ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya.Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupuan dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal yang lain.
RENCANA KEPERAWATAN
1. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta mampu mengerti tentang Homosseksual
b.Tujuan Khusus
Pada akhir penyuluhan peserta dapat :
b.1. Menjelaskan pengertian homoseksual
b.2. Menjelaskan jenis-jenis homoseksual
b.3.Faktor Penyebab Homoseksual
b.4.Tahapan Pembentukan Homoseksual
b.5.Aspek Yang Mengacu Homoseksual
C.STRATEGI PELAKSANAAN
Topik : Penyuluhan Kesehatan
Sub topik : homoseksual
Sasaran : Remaja
Target : Remaja
Waktu : kamis, 19 maret 2020
Tempat : Sekolah Menengah Atas
Media/alat :
Leafleat, layar monitor, infocus, speaker, laptop untuk untuk penyampaian materi berupa audio visual.
Alat pendukung kursi dan meja.
Proses Penyuluhan :
TAHAP KEGIATAN
KEGIATAN PENGAJAR
KEGIATAN MAHASISWA
ESTIMASI WAKTU
Pendahuluan
Memberi salam
Menyebutkan kontrak waktu penyuluhan
Menyampaikan tujuan diadakannya penyuluhan
Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
1. Peserta menjawab salam
2. Peserta memperhatikan
3. Peserta memperhatikan
4. Peserta memperhatikan
5 menit
Penyajian
Menjelaskan materi secara benar dan jelas
Memberikan contoh yang mudah dipahami
Memberikan kontak dan feedback kepada peserta
Memberi kesempatan untuk bertanya
Menjawab pertanyaan
Melemparkan pertanyaan
Memberikan reinforcement positif
1. Peserta memperhatikan
2. Peserta memperhatikan
3. Peserta memperhatikan
4. Peserta bertanya
5. Peserta memperhatikan
6. Peserta menjawab
7. Peserta memperhatikan
25 menit
Penutup
Menyimpulkan materi
Memberikan rencana selanjutnya
Memberi salam
1. Peserta memperhatikan
2. Peserta memperhatikan
3. Peserta menjawab salam
10 menit
D. METODE PENYULUHAN
Ceramah.
Diskusi/tanya jawab.
Evaluasi terhadap materi penyuluhan untuk mengetahui seberapa paham peserta memahami materi penyuluhan.
E. MATERI PENYULUHAN (terlampir)
Pengertian Homoseksual
Jenis-jenis Homoseksual
Faktor Penyebab Homoseksual
Tahapan Pembentukan Homoseksual
Aspek Yang Mengacu Homoseksual
F. RENCANA EVALUASI
Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan rencana yang telah dirancang.
Peserta penyuluhan dapat :
b.1. Menjelaskan kembali pengertian homoseksual
b.2. Menyebutkan jenis-jenis homoseksual
b.3. Menyebutkan Faktor Penyebab Homoseksual
b.4.Menjelaskan Tahapan Pembentukan Homoseksual
b.5.Menyebutkan Aspek Yang Mengacu Homoseksual
MATERI PENYULUHAN
HOMOSEKSUAL
Pengertian Homoseksual
Homoseksual pertama diciptakan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas dan homoseksualitas telah dimulai sejak zaman Yunani kuno pada diskusi filosofis Symposium Plato dengan teori queer kontemporer. Yang timbul darisejarah ini setidaknya di Barat adalah ide hukum alam dan beberapa interpretasihukum yang melarang homoseksual.Referensi hukum alam masih berperan pentingdalam perdebatan tentang homoseksual baik dalam agama, politik dan sebagainya.
Perubahan sosial yang paling signifikan melibatkan homoseksualitas adalahmunculnya gerakan pembebasan gay di Barat.Sebuah isu sentral yang diangkat dariteori queer adalah apakah homoseksualitas, heteroseksualitas ataupunbiseksualitassecara sosial muncul semata-mata didorong oleh kekuatan biologis (Stanford, 2006).
Homoseksual merupakan kelainan mengacu pada interaksi seksual antara pribadi yang berjenis kelaminsama secara situasional atau berkelanjutan. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks.Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks.
Faktor hormonal termasuk yang mempengaruhi seseorang berperilaku seksual sebagai lesbian maupun gay.Kondisi hormon ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, hanya kaum mereka yang tahu dan dapat merasakannya.Lesbian dan gay ini terjadi karena ada hormon yang mempengaruhi yaitu feromon, dan mereka tahu ciri khusus mana seorang lesbi atau gay, hal ini dapat terlihat dari jalannya, bibirnya atau yang lainnya.Ada yang berpendapat bahwa homoseksualitas adalah suatu pilihan hidup yang dibuat-buat sementara sebagian kalanganmenganggap salah satu penyebab seseorang menjadi gay atau lesbi karena masalah psikis.Tapi kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menjadi gay atau lesbi (Hastaning, 2008).
Faktor coba-coba melakukan hubungan dengan sesama jenis, penasaran, mendapatkan attachment dari si sesama jenis dan merasa nyaman dengannya.Atau bisa saja karena interaksi berbagai faktor yaitu faktor lingkungan (sosiokultural), biologis, dan faktor pribadi/personal (psikologis). Jadi banyak faktor penyebab, dan harus ditelaah dulu lebih lanjut, apa yang menyebabkan individu tersebut menjadi homoseksual (Clara, 2008).
Berdasarkan pada pedoman dan penggolongan diagnosa gangguan jiwa (PPDGJ), perilaku homoseksual merupakan gangguan kejiwaan yang muncul berdasarkan faktor genetik.Tetapi dalam perkembangannya homoseksual bukan lagi dianggap sebagai gangguan kejiwaan yang timbul dari pola asuh orang tua dalam keluarga, namun lebih kepada faktor lingkungan yang mendorong seseorang untuk berperilaku homoseksual.
B.Jenis-jenis Homoseksual
Berdasarkan psikiatri (aspek kesehatan jiwa), homoseksual dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Santoso, 1988):
a. Homoseksual Ego Sintonik
Seorang homoseksual ego sintonik adalah homoseksual yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya.
b.Homoseksual Ego Distonik
Homoseksual ego distonik adalah homoseksual yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis. Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis. Hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakan. Secara terus terang Ia menyatakan dorongan homoseksualnya menyebabkan Ia merasa tidak disukai, cemas dan sedih. Konflik psikis tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas dan depresi.
Berdasarkan perilaku yang diperlihatkan, homoseksual dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Coleman dkk, 1980):
Homoseksual tulen. Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik populer tentang lelaki yang keperempuan-perempuanan, atau sebaliknya perempuan yang kelaki-lakian. Bagi penderita yang memiliki kecenderungan homoseksual ini, daya tarik lawan jenis sama sekali tidak membuatnya terangsang, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai minat seksual terhadap lawan jenisnya.
Homoseksual malu-malu. Yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi wc-wc umum atau tempat-tempat mandi uap, terdorong oleh hasrat homoseksual namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang cukup intim dengan orang lain untuk mempraktikkan homoseksualitas.
Homoseksual tersembunyi. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dilindungi dengan cara menyembunyikan homoseksulitas mereka. Homoseksualitas mereka biasanya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat karib, kekasih mereka, atau orang lain tertentu yang jumlahnya sangat terbatas.
Homoseksual situasional. Homoseksualitas jenis ini terjadi pada penderita hanya pada situasi yang mendesak dimana kemungkinan tidak mendapatkan partner lain jenis, sehingga tingkah lakunya timbul sebagai usaha menyalurkan dorongan seksualnya.
Biseksual. Yaitu orang-orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun heteroseksualitas sekaligus. Penderita homoseksualitas ini dapat mencapai kepuasan erotis optimal baik dengan sama jenis maupun dengan lawan jenis.
Homoseksual mapan. Sebagian besar kaum homoseksual menerima homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab, dan mengikat diri dengan komunitas homoseksual setempat.
C.Faktor Penyebab Homoseksual
Menurut Kartono (1998:248), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya homoseksual, yaitu:
Faktor herediter, berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks. Contohnya seperti cairan dan kelenjar endokrin pada fase-fase pertumbuhan yang kritis dapat mempengaruhi arah dari dorongan-dorongan seksual dan tingkah laku.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal. Contohnya seperti individu yang besar di lingkungan yang terdiri dari para homoseksual yang melakukan prostitusi yang selanjutnya memberikan contoh yang tidak baik bagi perkembangan individu.
Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseksual karena pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja. Contohnya seperti laki-laki yang semasa remaja sudah pernah berhubungan seksual dengan laki-laki dan mengalami kepuasan yang sama halnya seperti berhubungan seksual dengan perempuan sehingga membuat individu tersebut selalu mencari kepuasan yang sama dengan relasi homoseksual.
Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibu, sehingga timbul kebencian atau antipati terhadap ibu dan berdampak kepada semua wanita. Individu yang mengalami trauma dengan ibu tersebut kemudian memunculkan dorongan menjadi homoseksual yang permanen.
D.Tahapan Pembentukan Homoseksual
Menurut Troiden (Siahaan, 2009:51), terdapat tiga tahapan proses pengakuan atau pembentukan homeseksual, yaitu:
Sensitization, tahapan ini seseorang menyadari bahwa dia berbeda dari laki-laki lain.
Dissaciation dan Signification, tahapan ini menggambarkan terpisahnya perasaan seksual seseorang dan menyadari orientasi dan perilaku seksualnya. Di sinilah seseorang mendapat pengalaman hiburan seksualnya dari laki-laki, tetapi mungkin gagal menunjukkan perasaannya atau mencoba untuk mengingkarinya.
Coming Out (pengakuan), tahap ini merupakan tahap di mana homoseksualitas diambil sebagai jalan hidup. Tahap ini mungkin dapat diartikan bahwa telah terjadi kombinasi antara seksualitas dan emosi, dan mempunyai hubungan dengan pasangan tetap.
E.Aspek Yang Mengacu Homoseksual
Orientasi Seksual / Sexual Orientation
Orientasi seksual - homoseksual yang dimaksud disini adalah ketertarikan/ dorongan/hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantis) terhadap orang yang berjenis kelamin sama. American Psychiatric Association (APA) menyatakan bahwa orientasi seksual berkembang sepanjang hidup seseorang.
Perilaku Seksual / Sexual Behavior
Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertian perilaku seksual yang dilakukan antara dua orang yang berjenis kelamin sama.
Identitas Seksual / Sexual Identity
Sementara homoseksual jika dilihat dari aspek ini mengarah pada identitas seksual sebagai gay atau lesbian.Sebutan gay digunakan pada homoseksual pria, dan sebutan lesbian digunakan pada homoseksual wanita.
KESIMPULAN
Homoseksual merupakan kelainan mengacu pada interaksi seksual antara pribadi yang berjenis kelaminsama secara situasional atau berkelanjutan.
SARAN
Sebagai tenaga kesehatan, sudah seharusnya untuk terus memberikan edukasi tentang homoseksual, agar tidak ada lagi remaja yang mengalami masalah perilaku seksualnya. Edukasi bisa saja diberikan melalui pendidikan kesehatan/ penyuluhan, selebaran informasi, atau event event tertentu yang bertema kan kesadaran perilaku menyimpang. Untuk itu para orangtua juga diharapkan untuk terus memantau perkembangan seksual anak, karena pendidikan yang paling utama adalah ajaran Agama dan hukum moral masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan remaja setelah mendapat edukasi mengenai penyimpangan seksual, remaja tidak lagi berperilaku menyimpang dan dapat menjadi remaja yang produktif, kreatif dan bisa membanggakan orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Baharits, Adnan Hasan.2005. Penyimpangan Seksual Pada Anak. Jakarta. Gema Insani.
Yudistira. 2007. Sosiologi: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Graha Indonesia
Komentar
Posting Komentar